February 11, 2025
Oplus_131072

Kepala Dinas Sosial Natuna, Puryanti, di ruang kerjanya, Jumat, (24/1/2025). (Foto: nang)

NATUNA – Kabupaten Natuna adalah salah satu wilayah terluar di Provinsi Kepulauan Riau, memiliki posisi strategis di ujung utara Indonesia dan berbatasan langsung dengan beberapa negara ASEAN.

Namun, kondisi geografisnya yang merupakan daerah kepulauan serta rentang kendali jauh dari ibu kota provinsi menimbulkan tantangan tersendiri, khususnya dalam hal aksesibilitas, terutama ketika bencana melanda.

Keterbatasan infrastruktur transportasi dan komunikasi di beberapa wilayah Natuna membuat penanganan bencana menjadi lebih kompleks.

Mobilisasi bantuan, baik logistik maupun tenaga medis, membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan daerah lain yang lebih dekat dengan pusat pemerintahan.

Saat terjadi bencana, seperti angin kencang, banjir rob, longsor, akses untuk menyalurkan bantuan ke pulau-pulau sering kali terhambat oleh cuaca buruk dan keterbatasan sarana pendukung.

Musibah tanah longsor yang melanda Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, pada 6 Maret 2023, menjadi peristiwa memilukan karena menewaskan 54 orang warga setempat.

Tragedi ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam, tetapi juga memberikan pelajaran penting bagi Kabupaten Natuna dalam menghadapi bencana alam.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam penanganan bencana tersebut adalah sulitnya mobilisasi bantuan logistik maupun personel ke lokasi kejadian.

Jarak tempuh sejauh 200 kilometer melalui perjalanan laut dari ibu kota kabupaten membuat respons cepat menjadi terkendala. Kondisi cuaca yang buruk saat itu turut memperumit upaya penyelamatan dan distribusi bantuan.

Namun, peristiwa ini menjadi titik balik bagi Pemerintah daerah (Pemda) Natuna untuk lebih siap menghadapi kemungkinan bencana di masa depan.

“Tragedi longsor di Serasan adalah pengingat keras bagi kita semua tentang pentingnya kesiapsiagaan, terutama di wilayah-wilayah dengan akses yang sulit,” ujar Kepala Dinas Sosial Natuna, Puryanti, di ruang kerjanya, Jumat, 24 Januari 2025.

Dari kejadian tersebut, sejumlah langkah telah diambil untuk meningkatkan respons terhadap bencana, salah satunya dengan membangun lumbung sosial di kecamatan Serasan dan Serasan Timur.

Lumbung sosial adalah tempat penyimpanan logistik yang menyediakan kebutuhan dasar masyarakat saat terjadi bencana. Lumbung sosial ini dibangun untuk membantu masyarakat dalam mitigasi bencana dan meningkatkan ketahanan sosial.

Lumbung sosial berisi logistik dasar seperti:
makanan siap saji, makanan anak, selimut, kasur, sandang dewasa dan anak, tenda, genset, air minum, alat kebersihan, hingga peratan untuk dapur umum.

Dalam menentukan lokasi lumbung sosial, pemerintah daerah mempertimbangkan indeks risiko bencana dan kearifan lokal di wilayah tersebut.

Selain dua wilayah itu, Pemda Natuna juga membangun empat lumbung sosial lainnya dalam rangka siap siaga bencana di daerah yang sulit dan jauh dari kabupaten.

Pembangunan keempat lumbung sosial tersebut antara lain di kecamatan Pulau Laut, Pulau Subi, Midai dan Suak Midai, menggunakan Anggaran Pendatang dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2024.

Dalam pembangunan lumbung sosial ini, Kementerian Sosial (Kemensos) turut bertanggungjawab mengenai administrasi. Sedangkan segala kelengkapan menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten.

“Yang penting kan barang-barang dan makanan untuk tanggap darurat sudah tersedia di kecamatan apabila suatu waktu terjadi bencana. Ini sangat penting ada di kecamatan, karena kondisi wilayah kita adalah kepulauan yang sulit untuk dijangkau,” pungkas Puryanti.

Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam tidak hanya dengan membangun lumbung sosial. Namun, Pemda Natuna memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang tertimpa musibah.

Belum lama ini, Dinas Sosial Kabupaten Natuna bergerak cepat menyalurkan bantuan darurat kepada lima rumah warga yang terdampak banjir rob di beberapa kecamatan.

Bantuan disalurkan tersebut merupakan bentuk tanggap darurat terhadap bencana alam yang melanda wilayah perbatasan.

“Kami memastikan bantuan berupa bahan pokok dan perlengkapan sandang dapat meringankan beban warga yang tidak bisa beraktivitas akibat banjir rob,” ujarnya.

Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Natuna, lima rumah terdampak banjir rob tersebar di beberapa lokasi, yakni satu rumah di Kecamatan Bunguran Utara, dua rumah di Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut, dua rumah di Batu Kapal, Ranai Kota, Kecamatan Bunguran Timur.

Bantuan yang diberikan mencakup berbagai kebutuhan pokok, seperti, minyak goreng, susu, kecap manis, biskuit, teh, selimut, kasur dan terpal. Selain itu, warga terdampak di Bunguran Utara juga mendapatkan bantuan tambahan berupa peralatan dapur.

Bantuan darurat ini diharapkan mampu meringankan beban masyarakat yang terdampak banjir rob, sambil menunggu upaya pemulihan wilayah pasca-bencana.

Langkah ini sekaligus menunjukkan komitmen Pemerintah Kabupaten Natuna untuk selalu hadir dan tanggap dalam memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Melalui penanganan yang cepat dan tepat, masyarakat Natuna diharapkan dapat segera bangkit dan kembali menjalani aktivitas normal pasca-banjir rob. FK-nang

Redaktur: Munawir Sani