
Ilustrasi warga miskin. (Foto: Merdeka)
JAKARTA – Wakil Menteri Sosial RI, Agus Jabo Priyono, mengungkapkan bahwa sebanyak 3,17 juta penduduk Indonesia atau 1,13 persen dari total populasi masih tergolong miskin ekstrem. Mayoritas kepala rumah tangga dalam kategori ini adalah lulusan Sekolah Dasar (SD).
“Kemiskinan ekstrem di Indonesia mencapai lebih dari 3 juta orang. Presiden Prabowo Subianto menargetkan agar angka ini dapat ditekan hingga nol persen pada 2025,” ujar Agus usai rapat koordinasi di Dinas Sosial Jawa Tengah, Senin (24/2/2025).
Saat ini, tingkat kemiskinan nasional tercatat sebesar 8,57 persen (24,06 juta jiwa), dengan target turun menjadi 4,5-5 persen pada 2029. Jawa Tengah menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan ekstrem tertinggi ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Barat, dengan kontribusi 14,12 persen dari total penduduk miskin.
Dikatakan Agus, 40,66 persen kepala rumah tangga miskin berusia 30-49 tahun. Sementara 25,18 persen merupakan lansia.
74,51 persen hanya berpendidikan SD ke bawah (rata-rata lama sekolah 5,69 tahun) dan 46,26 persen bekerja di sektor pertanian, sementara 59,54 persen di sektor informal.
Pemerintah merancang tiga strategi utama untuk menekan angka kemiskinan ekstrem, yakni:
- Bantuan Sosial – Pemberian bantuan sebesar Rp 600.000 per jiwa untuk 3,17 juta penerima dengan total anggaran Rp 22,8 triliun.
- Reformasi Bantuan Pangan – Alih fungsi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) menjadi bantuan sosial dan pemberdayaan bagi 8,7 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
- Program Graduasi Kemiskinan – Implementasi pilot project di 8 desa di Jawa Tengah, dengan kewajiban bagi setiap pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) untuk membantu minimal 10 KPM keluar dari kemiskinan.
Agus menekankan pentingnya kolaborasi antar stakeholder dan optimalisasi Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) agar intervensi pemerintah lebih tepat sasaran.
“Masyarakat miskin usia produktif harus diberdayakan agar mandiri, sedangkan kasus sosial harus ditangani melalui rehabilitasi,” tegasnya.
Pemerintah optimistis strategi ini dapat menekan kemiskinan ekstrem secara signifikan pada tahun 2025. FK-mun
Redaktur: Munawir Sani