April 18, 2025
yjj

Ilustrasi tuberkulosis (TBC). (Foto: RRI)

JAKARTA – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan bahwa Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah kasus dan kematian akibat tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr Ina Agustina Isturini, MKM, penyakit TBC masih menjadi masalah kesehatan global. Pada tahun 2023, diperkirakan 10,8 juta orang di dunia terinfeksi TBC, dengan 1 juta kematian.

“Indonesia berada di peringkat kedua dunia dengan jumlah kasus lebih dari 1 juta dan angka kematian sekitar 125 ribu. Jika dihitung, setiap jamnya ada 14 orang meninggal karena TBC,” ujar dr Ina dalam temu media daring memperingati Hari TBC Sedunia, Senin (24/3/2025).

Berikut adalah negara-negara dengan kasus TBC terbanyak di dunia berdasarkan estimasi terbaru:

1. India – 2.800.000 kasus dengan 315.000 kematian
2. Indonesia – 1.090.000 kasus dengan 125.000 kematian
3. China – 741.000 kasus dengan 25.000 kematian
4. Filipina – 739.000 kasus dengan 37.000 kematian
5. Pakistan – 686.000 kasus dengan 47.000 kematian
6. Nigeria – 499.000 kasus dengan 64.000 kematian
7. Bangladesh – 379.000 kasus dengan 44.000 kematian
8. Congo – 334.000 kasus dengan 38.000 kematian
9. Myanmar – 302.000 kasus dengan 44.000 kematian
10. Afrika Selatan – 270.000 kasus dengan 25.000 kematian

Menurut Kemenkes RI, terdapat tujuh provinsi dengan angka TBC tertinggi, terutama di Pulau Jawa (kecuali DIY), Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Di wilayah-wilayah ini, diperkirakan terdapat antara 40 ribu hingga 230 ribu kasus TBC.

Per Maret 2025, Kemenkes telah menemukan sekitar 889.133 kasus atau 81 persen dari estimasi total kasus. Dari jumlah tersebut, 90 persen pasien telah menjalani pengobatan.

Meski terjadi peningkatan dalam deteksi dan pengobatan kasus, masih ada beberapa hambatan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia, antara lain banyak kasus yang tidak terlaporkan atau terlambat dilaporkan (1–6 bulan), kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan (nakes) dan keterbatasan akses alat diagnostik dan perlu peran aktif puskesmas dan kader kesehatan untuk mendeteksi kasus di komunitas.

Untuk menekan angka kasus dan kematian akibat TBC, Kemenkes RI terus melakukan peningkatan deteksi kasus melalui pemeriksaan aktif di masyarakat, meningkatkan akses pengobatan gratis bagi pasien TBC, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pencegahan dan gejala TBC dan penguatan investigasi kontak bagi pasien yang terdiagnosis.

“Upaya ini perlu dukungan dari semua pihak, baik tenaga kesehatan, pemerintah daerah, hingga masyarakat luas,” tutup dr Ina. FK-mun/dtk

Redaktur: Munawir Sani