April 18, 2025
dageg

Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara. (Foto: RRI)

JAKARTA – Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara berencana berangkat ke Cina untuk bertemu dengan Xinyi Group guna membahas kelanjutan investasi di Rempang Eco City, Kota Batam.

Proyek ini, yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), semestinya sudah berjalan sejak Januari 2024, tetapi hingga kini masih tertunda.

“Mereka bahkan melakukan revisi kemungkinan masuk ke Rempang pada 2026,” ujar Mentrans Iftitah dalam konferensi pers di Kementerian Transmigrasi, Senin (24/3/2025).

Rempang Eco City awalnya dicanangkan sebagai pusat industri berbasis pasir silika dengan nilai investasi awal mencapai Rp 198 triliun. Namun, proyek ini mengalami kendala besar akibat konflik lahan dengan masyarakat setempat.

Ketegangan terjadi sejak September 2023, ketika aparat gabungan TNI dan Polri memasuki permukiman warga untuk memasang patok batas lahan. Namun, warga yang belum sepakat untuk direlokasi menolak kedatangan aparat, yang berujung pada konflik terbuka antara masyarakat dan pemerintah.

Mentrans Iftitah mengakui bahwa pendekatan pemerintah saat itu kurang tepat.

“Konflik terjadi karena ada kesalahan penanganan oleh pemerintah, karena langsung menurunkan aparat sehingga ada perlawanan dari masyarakat,” katanya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Mentrans Iftitah mengusulkan skema transmigrasi lokal bagi masyarakat Rempang. Ia yakin program ini dapat menjadi solusi bagi mandeknya proyek sekaligus menguntungkan masyarakat lokal.

“Kami sudah mendapat undangan ke Cina untuk bertemu investor dan memastikan bahwa mereka akan masuk di Kawasan Transmigrasi Rempang,” ujarnya.

Namun, ia belum merinci kapan jadwal lawatannya ke Cina.

Dalam konsep transmigrasi industri ini, Rempang akan dikembangkan sebagai kawasan industri pasir silika, yang diperkirakan dapat menciptakan 57 ribu hingga 85 ribu lapangan kerja. Iftitah memastikan bahwa masyarakat lokal tetap bisa mempertahankan mata pencahariannya, terutama bagi mereka yang bekerja sebagai nelayan.

“Masyarakat yang tidak mau kerja di pabrik karena dia nelayan, bagus. Tetap saja melaut. Nanti kami akan bantu ekosistem perikanan dan maritim, termasuk menyediakan kapal untuk nelayan,” tuturnya.

Xinyi Group merupakan perusahaan asal Cina yang bergerak di bidang pasir silika dan manufaktur kaca, telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Rempang. Namun, ketidakpastian lahan dan konflik sosial menjadi hambatan utama bagi realisasi investasi mereka.

Dalam pertemuan mendatang, Mentrans Iftitah ingin memastikan bahwa Xinyi Group tetap berkomitmen untuk berinvestasi, dengan target masuk ke Rempang pada tahun 2026. FK-mun/tem

Redaktur: Munawir Sani